Masa depan
industri pertambangan dilihat dari warisan yang ditinggalkannya (mining legacy).
Reputasi suatu perusahaan dapat terpengaruh jika tambangnya ditelantarkan atau
muncul masalah buruk yang berdampak berjangka panjang terhadap lingkungan da
masyarakat sekitarnya. Industri tmbang menyadari bahwa untuk mendapatkan akses
ke sumber daya masa depan harus mampu menutup tambang secara efektif dan
mendapatkan dukungan dari masyarakat lingkar tambang. Tambang harus menganut
konsep penyelesaian tambang bukan sekedar penutupan, yaitu ketika tahap
operasional tambang sudah berakhir dan tahap pemberhentian sudah selesai
sepenuhnya.
Penutupan
tambang adalah sebuah proses, dan merujuk pada dimensi waktu saat tahap operasional
tambang sedang atau sudah berakhir, dan tahap pemberhentian final dan
rehabilitasi tambang sudah mulai dilaksanakan. Dalam beberapa kasus, penutupan
tambang dapat bersifat sementara, atau berubah menjadi program perawatan dan
pemeliharaan.
Penyelesaian
tambang adalah sasaran dari penutupan tambang. Tambang yang telah selesai
berarti telah mencapai keadaan di mana kepemilikan hak penambangan dapat
dikembalikan dan tanggung jawab lahan diterima oleh pengguna lahan berikutnya.
Saat ini, ekspektasi dari peraturan dan stakeholder semakin tinggi sehingga untuk dapat mencapai
posisi ini dikembangkan hasil yg bagus, dan diterapkan sesuai ekspektasi stakeholder
termasuk masyarakat setempat.
Rencana reklamasi jangka panjang, salah satu penentu keberhasilan penutupan dan penyelesaian tambang
Yang terutama,
penyelesaian tambang harus menentukan apa yang ditinggalkan sebagai manfaat
atau warisan bagi generasi mendatang. Jika penutupan dan penyelesaian tambang
tidak dilaksanakan terencana dan efektif, lokasi tambang dapat berbahaya dan
menjadi sumber polusi tahun berikutnya. Tujuan keseluruhan dari penyelesaian
tambang adalah untuk mencegah atau meminimalkan dampak merugikan jangka panjang,
baik dari sisi lingkungan, fisik, sosial dan ekonomi, serta untuk menciptakan
bentuk alam yang stabil dan baik untuk penggunaan lahan selanjutnya, sesuai
kesepakatan.
PETI menjadi salah satu ancaman yg mengganggu kelancaran mining closure
Beberapa
perubahan lingkungan saat penyelesian tambang:
·
Topografi dan bentuk alam: Perubahan
sementara terhadap topografi yang ada akibat operasi penambangan mencakup jalan
akses, area dumping, penumpukan tanah topsoil, pabrik pengolahan, serta
infrastruktur pendukung. Perubahan permanen mencakup lubang pit terbuka; tempat
pembuangan batuan sisa, serta fasilitas penyimpanan tailing.
Perubahan morfologi menjadi tantangan besar minign closure
·
Flora dan vegetasi: Dampak
langsung pada komunitas flora dan vegetasi biasanya terjadi selama pembukaan
lahan untuk ditambang, pembuangan batuan sisa, pabrik pemrosesan, fasilitas
penyimpanan tailing dan infrastruktur yang terkait.
·
Fauna: Dampak
pertambangan pada fauna secara umum dapat dibagi menjadi primer atau sekunder.
Dampak primer adalah perusakan habitat langsung akibat aktivitas pembukaan
lahan dan penggalian. Dampak sekunder berkaitan dengan berbagai tingkatan
aktivitas di luar area pertambangan, misalnya jalan akses dan angkut, jalur
kabel listrik, koridor pemipaan dan infrastruktur lain, hewan liar dan
aktivitas pekerjaan tenaga kerja.
·
Hidrologi air permukaan dan air
tanah: pembuatan lubang terbuka, penimbunan, pembuangan batuan sisa,
fasilitas penyimpanan tailing, pabrik pengolahan dan infrastruktur seringkali
mengganggu jalur aliran air alam. Gangguan terhadap pola aliran air sistem
pengairan ke bagian hilir dari pembangunan pertambangan atau vegetasi yg
bergantung pada suply air tersebut.
·
Kontaminasi tanah dan air: Reaksi
kimia di batuan sisa dan tailing berpotensi merusak pertumbuhan tanaman dan
mengakibatkan kontaminasi di air permukaan maupun air tanah. Selain itu,
operasi penambangan menggunakan transportasi, berbagai bahan berbahaya, seperti
bahan bakar, zat reagen proses, pelumas, deterjen, bahan peledak, larutan kimia
dan cat. Jika bahan-bahan ini tidak dikelola dengan baik, akan berpotensi menjadi
polutan untuk udara, air maupun tanah.
Air asam tambang yg dapat mempengaruhi kondisi air tanah
Pengelolaan
masalah lingkungan ini jika dilakukan dapat meminimisasi dampak. Namun
demikian, ada bahaya sisa yang dsebut sebagai bahaya residu yg tidak mungiin
hilang seperti bahaya dan risiko keamanan publik, potensi sumber polusi yang
berkelanjutan, penggunaan lahan dan kebutuhan sumber daya di masa depan dan
kecocokan dengan ekologi, ekspektasi masyarakat, estetika.
Pentingya Comdev
Program
pengembangan masyarakat mejadi mekanisme penting sebagai sarana kontribusi
perusahaan pertambangan terhadap keberlanjutan sosial ini. Pengembangan
masyarakat terutama berfokus pada peningkatan kekuatan dan efektivitas
masyarakat dalam menentukan dan mengelola masa depannya sendiri (ICMM, 2005).
Program ini
melibatkan inisiatif perencanaan dan implementasi, seringkali dalam bentuk
kemitraan pihak lain, untuk menyediakan sebuah hasil positif jangka panjang
bagi masyarakat. Pengembangan yang berkelanjutan harus digerakkan berdasarkan
kebutuhan dari masyarakat, bukan dari perusahaan, dan harus berupaya agar dapat
berkontribusi terhadap penguatan kelangsungan hidup masyarakat di jangka
panjang.
Konsep CSR menjadi begitu pentign dalam penyelesaian tambang
Di berbagai daerah
yang remote dan terpencil, pertambangan adalah satu-satunya industri yg mampu
survive dan menghasilkan dampak berganda penting terhdaap aktivitas ekonomi
regional. Operasi penambangan memberikan peluang kerja dan pelatihan berbagai
profesi, ketrampilan dan jasa. Perusahaan pertambangan memperluas komitmen
terhadap ekonomi setempat dan pembangunan kapasitas lokal. Perusahaan
pertambangan juga berupaya transfer teknologi ketrampilan dan peluang kerja
yang baik melalui pengembangan usaha lokal.
Operasi
penambangan selalu membangun infrastruktur penting ke lokasi tambang, dan
mnghubungkan masyarakat terpencil dengan dan dunia yang lebih luas. Perencanaan
penutupan tambang dapat membantu meredakan masalah berkurangnya akses ke infrastruktur
yang berguna ini kelak.
Bandara Kalimarau di Kabupaten Berau, berawal dari kebutuhan transportasi perusahaan tambang
Tujuan penutupan
tambang
Tujuan dari
penutupan tambang dan rencana penyelesaian untuk
·
memungkinkan semua kepentingan
stakeholder dipertimbangkan dalam proses penutupan tambang
·
memastikan proses penutupan berlangsung
dengan cara yang tertib, hemat dan tepat waktu
·
memastikan biaya penutupan telah
dimasukkan secara memadai dalam rencana keuangan perusahaan dan tidak
meninggalkan tanggung jawab kepada masyarakat
·
memastikan ada pertanggungjawaban yang
jelas dan sumber daya yang memadai untuk menerapkan rencana penutupan
·
menetapkan indikator keberhasilan
penyelesaian proses penutupan tambang
·
mencapai kesepakatan penyelesaian yang
telah disepakati apabila ada
penutupan tambang memerlukan rencana detal, terukur dan tanggung jawab dari seluruh stakeholder
Konfilk pertambangan, salah satu tantangan penyelesaian tambang
Strategi dan
konteks
Proses
perencanaan penutupan tambang untuk mencapai hasil pengembangan yang berkelanjutan
dalam penutupan akan mengubah strategi bisnis jangka panjang karena risiko dan
peluang yang terkait dengan penutupan akan lebih dapat dipahami. Agar efektif, perencanaan
penutupan yang berkelanjutan harus dilihat dalam konteks dan menjadi bagian dari
strategi pengembangan berkelanjutan yang lebih luas.
Kebijakan
Sebuah kebijakan
penutupan/penyelesaian tambang akan menetapkan aspirasi dan arahan tingkat
tinggi yang diperlukan perusahaan untuk penutupan tambang. Biasanya, kebijakan
ini memuat komitmen tentang proses penutupan, keterlibatan stakeholder,
minimalisasi risiko terhadap lingkungan, memenuhi persyaratan peraturan,
aspirasi sosial dan masyarakat, serta upaya penyempurnaan yang
berkesinambungan.
Kebijakan ini harus
menyadari bahwa adalah memungkinkan untuk mengantisipasi beberapa aspek warisan
dari penutupan tambang sejak awal pembentukan tambang, termasuk: penutupan
sebagai bagian dari perencanaan tambang, identifi kasi risiko dan peluang untuk
perencanaan biaya dan keuangan yang dapat diandalkan, serta menentukan tujuan
dan prinsip-prinsip penggunaan lahan fi nal sesuai konsultasi dengan
masyarakat.
Kesemua faktor
ini menunjukkan perlunya rehabilitasi yang progresif dan pertimbangan atas
kebutuhan masyarakat yang terkena pengaruh penutupan. Biasanya, kebijakan akan
didukung oleh standar-standar, panduan dan metodologi organisasi yang
menjabarkan bagaimana penerapan kebijakan ini akan dilaksanakan.