Sumberdaya mineral dan batubara adalah sumberdaya alam yang tak terbarukan, oleh karena itu pengelolaan, pengusahaan, dan pemanfaatannya harus dilakukan seoptimal mungkin dengan mengedepankan prinsip konservasi dan memberikan benefit bagi perusahaan, masyarakat, pemerintah, maupun lingkungannya. Pemanfaatan sumberdaya mineral dan batubara harus dijauhkan dari metode dan prinsip penghambur-hamburan bahan tambang. Prinsip pemanfaatan dan konservasi ini bias jadi merupakan acuan dasar bagi perusahaan yang melakukan aktivitas penambangan.
Banyak cara dan metode yang dapat dikembangkan untuk dapat meleburkan prinsip-prinsip konservasi dalam aktivitas penambangan seperti memanfaatkan cadangan yang marjinal, memanfaatkan cadangan berkadar rendah melalui optimasi teknologi pengolahan, mengoptimalkan pemanfaatan dari “gangue mineral” alias mineral ikutan.
Konservasi sumberdaya mineral menjamin ketersediaan hari ini dan esok
Seperti yang diketahui dahulu prinsip aktivitas pertambangan adalah mengambil cadangan yang ekonomis, diatas cut of grade, atau mengambil kadar tinggi dan menyampingkan peran cadangan marjinal atau kadar rendah. Tujuannya tiada lain adalah untuk mendapatkan profit secara cepat. Jadi hampir seluruh cadangan berkadar tinggi yang selama ini diambil menyebabkan nilai keekonomisan cadangan berkurang dan berdampak pada lifetime cadangan merosot. Akibatnya cadangan menjadi cepat habis dan aktivitas pertambangan berhenti sementara yang tersisa adalah cadangan marjinal. Padahal cadangan marjinal ini tentunya dapat dimanfaatkan secara ekonomis dengan berbagai cara. Kemajuan teknologi saat in telah banyak menolong para penambang untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan cadangan marjinal untuk memberikan benefit lebih tinggi.
Optimasi dengan memanfaatkan cadangan marjinal akan memperlama usia tambang
Supply dan demand mineral atau pasokan dan permintaan mineral merupakan hal yang juga berpengauh pada konservasi, karena ini akan mempengaruhi harga hasil tambang di dunia dan pastinya akan juga berpengaruh pada laju aktivitas pertambangan. Factor harga, pasokan dan permintaan mineral adalah kondisi yang menyebabkan bervariasinya tingkat keekonomisan cadangan mineral. Umumnya harga mineral yang tinggi akan membuat cadangan semakin ekonomis karena nilai cut off grade dan stripping ratio pada operasi penambangan semakin kecil. Namun dengan pergolakan harga mineral logam belakangan ini membuat penetapan nilai cut off grade dan stripping ratio dapat bervariasi.
Optimasi dalam rangka konservasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah atau tailing aktivitas penambangan sehingga kualitas dan kuantitas tailing haruslah terdata dengan baik. Tailing dapat dimanfaatkan kembali melalui proses recovery logam dengan second treatment (mengingat banyak tailing yang ternyata masih mengandung logam dengan konsentrasi marjinal namun ekonomis dengan men-treatment ulang). Atau jika saat harga logam melambung, kadar marjinal dalam tailing ini dapat menajdi alternative produksi.
Selain itu, beberapa tailing terbukti dapat dimanfaatkan kembali baik untuk aktivitas produksi maupun non tambang. Pemanfaatan in tentu sejalan denga prinsip lingkunga yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Tailing tambang emas di PT. Freeport Indonesia sebagian mulai digunakan untuk media reklamasi dan juga bahan bangunan. Di Antam Pongkor tailing dimanfaatkan untuk media pengisi lantai tambang (backfilling method), media reklamasi lahan eks tambang dan juga untuk agregat dan bahan pembuatan batako.
Pemanfaatan tailing di PT. Freeport Indonesia (kiri) dan PT. Antam UBPE Pongkor (kanan)
Meskipun pemanfaatan kembali tailing ini masih terbatas, namun bukan tidak mungkin ke depan ini akan menjadi solusi dalam prinsip konservasi dan lindung lingkungan di aktivitas penambangan. Dengan melaksanakan prinsip konservasi ini artinya ketidakefisiensi produksi dan pemurnian mineral dapat dikurangi dan pemborosan sumberdaya dapat direduksi.
Konservasi akan berpengaruh pada nilai cadangan dan ketersediaan masa mendatang
Bersambung ….
No comments:
Post a Comment