Friday, June 10, 2011

Pertambangan dalam perkembangan peradaban manusia (II)


Ada kenyataan bahwa dibalik kegemilangan peradaban pertambangan dan moderenisasi yang telah diakibatkannya, besarnya penerimaan dan peningkatan taraf hidup orang banyak  sebagai dampak ekonomi dan multiplier effects yang dihasilaknnya, pertambangan kerap kali dirundung kontroversi dan kerentanan konflik social. Enginer tambang memang kerap berpikir secara logis dan matematis tetapi mereka kerap tak berdaya apabla berhadapan dengan kondisi social dan non teknis.

Salah satu sudut kota Tembagapura di malam hari, pertumbuhan ekonomi yang melonjak sejak hadirnya industry tambang.

Pertimbangan social ekonomi (juga politik) terkadang lebih dominan daripada pertimbangan teknis dan komersial operasi pertambangan. Ketika masalah COG (cut of grade), over burden, kadar hingga kalori, sumber pendanaan dan kelayakan proyek sudah terselesaikan, masalah social politik dan community relations menyebabkan usaha tambang tidak lagi ekonomis. Atau justru karena hubungan yang tidak harmonis dengan regulator, petinggi daerah dan adanya competitor lain yang tidak sehat.
 
Ada pertimbangan factor non teknis yang menjadi penilaian dalam oeprasi pertambangan sehingga operasi tersebut dapat dijalankan atau tidak, yaitu:

 
 
Penerimaan masyarakat berpengaruh signifikan terhadap operasional perusahaan

  1. Acceptance atau penerimaan masyarakat setempat terhadap perusahaan pertambangan. Ketidakterimaan masyarakat dapat berujung pada konflik eksternal perusahaan dan pasti akan lebih banyak cost yang dikeluarkan sehingga operasi menjadi tidak ekonomis,
  2. Corporate image perusahaan, perusahaan dengan citra buruk tentunya akan sulit diterima oleh masyarakat, investor atau bahkan dari pemerintah sendiri. Karenanya banyak perusahaan yang berusaha menciptakan citra yang baik melalui berbagai kampanye, awards, penilaian hingga implementasi CSR,
  3. Chemistry operator pertambangan dengan berbagai pemegang kepentingan (stakeholders), badan regulator pemerintahan, masyarakat setempat (tokoh adat juga), pemimpin politik, karyawan hingga pemberi modal.
  4. Persepsi public terhadap nilai saham
  5. Komitmen manajemen terhadap keselamatan kerja, kepatuhan terhadap peraturan, penghargaan lingkungan. Banyak perusahaan yang mengejar target Proper karena ingin dianggap sebagai perusahan yang comply terhadap peraturan lingkungan.  
 
Proper, menjadi banyak incaran untuk mendapatkan pengakuan lingkungan

Pertambangan sangatlah unik, unik dalam artian kompleksitas, karakteristik dan menjadi usaha kunci kehidupan manusia. Bagaimana tidak, pertambangan adalah salah satu industry terkemuka dunia yang sangat berpengaruh pada nilai social ekonomi tetapi juga menciptakan banyak masalah. Masalah degradasi dan perubahan tata fungsi lahan dan hutan, inflitrasi terhadai masyarakat pribumi dan perubahan gaya hidup tradisional, tambang juga dihadapkan pada tantangan untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup dan memperbaiki kinerja social.

Pertambangan adalah industry yang harus mampu memberikan pencegahan dan potensi dampak negativ yang mungkin ditimbulkan operasionalnya terhadap ekosistem dan masyarakat local yang rentan hingga berbagai lembaga swadaya local dan internasional. Masyarakat semakin berprasangka negatif mereka hanya menerima dampak negative tapa menikmati benefit dari hadirnya industry ini. Peningkatan teknologi juga menyebabkan semakin berkurangnya penyerapan tenaga kerja (khususnya tenaga kerja local) dari sebelumnya. Apalagi banyak tenaga luar daerah maupun asing yang justru menjadi andalan yang membawa budaya sangat berbeda dengan masyarakat local.


 
Pengolahan konsentrat emas, teknologi modern yang padat modal

Perlu difahami bahwa industry tambang itu identik dengan modal besar, teknologi tinggi dan resiko tinggi. Tambang datang dengan segala sumberdaya, dapat diibaratkan sebagai ‘The Have”. Yang kemudian masuk ke daerah terpencil (cadangan mineral umumya ada di daerah remote), berinterkasi dengan masyarakat local yang notabene kebanyakan hidup dengan banyak keterbatasan, low technology dan dilingkari dengan budaya tradisional, dapatlah kita sebut “The Haven’t”.

Begitu besarnya gap antara The Have dengan The Haven’t ini sehingga rentan dengan berbagai konflik. Konflik budaya, financial, perbedaan pandangan dan sudut keilmuan, pola pikir hingga konflik kepentingan. Bahkan dapat disebut bahwa konflik kesejahteraan menjadi gesekan yang kerap muncul antara The Have dengan The Haven’t di tambang Indonesia.


 
Bersambung...

Sunday, June 5, 2011

Pertambangan dalam perkembangan peradaban manusia (Bagian I)

Sesungguhnya manusia selama hidup tak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan pertambangan (baca mineral). Apalagi sejak dikenalnya Revolusi Indstri pada abad 17 dimana batubara dan besi menjadi dua bahan tambang yang menggerakkan ekonomi Inggris dan mampu merubah tatanan kehidupan secara draatis, merubah pola agraris menjadi industrial, menggerakkan masyarakat tradisional menjadi dinamis. Tanpa industrialisasi, niscaya sebagian manusia masih akan berada pada zaman tatanan masyarakat hierarkis, adanya tuan tanah yang menguasai banyak lahan dan sebagian besar yang menjadi kuli dan budak. Masih ada kaum borjuis dan proletarnya. Para kuli dan budak itu mencari nafkah dengan mengelola lahan tuan tanah (land lord) secara turun temurun.

Industrialisasi ini meluas hingga ke Negara lain di Eropa dan Amerika Serikat, bahkan hingga Asia dan Australia. Sejak ini, dikenallah era moderenisasi dan industrialisasi dunia. Bahkan di abad 19 dan 20, kehidupan manusia sangat tergantung dari supply bahan tambang tersebut, transportasi darat, laut maupun udara yang semuanya mengandalkan konsumsi bahan tambang.

Transortasi darat dengan tenaga mesin, roda dua, roda empat maupun roda banyak sebagai kendaraan umum ataupun pribadi telah banyak membeirkan kemudahan dalam pekerjaan manusia. Kereta api di awal abad 19 lalu mobil Model T oleh Henry Ford yang membuat mobil dapat dibuat dengan harga lebih tejangkau. Lihat Amerika, India dan kini Cina yang begitu besar ketergantungan terhadap mobil, daratan mereka terhubung oleh rangkaian kendaraan yang seperti serangga jika dilihat dari udara. Itulah salah satu sebab mengapa pemrintaan logam sangat besar di negara ini.

Tanpa tembaga sebagai penghantar listrik, tidak kan ada listrik yang mengalir hingga ke rumah kita dan alat elektronik saat ini hanya menjadi aksesoris semata. Tanpa benang emas halus semikonduktor di papan sirkuit, niscaya otak computer hanya menjadi seonggok material. Contoh diatas menunjukkan peran mineral dalam kehidupan manusia untuk membangun peradabanya.

Hartman, seorang professor emeritus pertambangan menarik lebih jauh lagi peradaban manusia terhadap bahan tambang hingga zaman pra sejarah pertambangan dalam artian luas yaitu ekstraksi semua mineral untuk pemenuhan kebutuhan. Peradaban manusia bahkan ditandai oleh hadirnya kebutuhan mineral seperti Zama Batu (4000 SM), Zaman Perunggu (4000-1500 SM), Zaman Besi (1500 SM-1780 M), Zaman Baja (1780-1945 M) dan Zaman Nuklir untuk sesudah 1945.



Cawan hasil karya zaman perunggu, campuran tembaga dengan besi

Bahkan perburuan terhadap mineral logam mulia juga menjadi tonggak peradaban manusia yang terekam dalam Glod, Glory and Gospel. Atau kisah Bonanza di Australia dan juga di California. Perjalanan Marco Polo ke Cina, Vasco da Gama ke Afrika dan India, benua Amerika oleh Colombus (sebelumnya oleh Ceng Ho). Ekspansi kerajaan Romawi hingga ke Spanyol, Legenda ElDorado megahnya kehidupan Suku Inca yang terkenal akan emas-emasnya. Begitu banyak pengaruh mineral terhadap perkembangan umat manusia.

Mangkok untuk persembahan dari tahun 200 SM


bersambung.....