Tuesday, September 18, 2007

Mencari Tuhan dengan Fisika




Jika membicarakan esensi Tuhan, mungkin pendekatan paling tepat dalam fisika adalah dunia kosmologi. Tuhan-lah yang memulai alam semesta ini dengan Big Bang (bagi yang percaya). Teori Alam Semesta yang dimulai dari dentuman besar adalah salah satu teori penting dalam kosmology. Ilmu fisika kita, belum sanggup menjelaskan secara kaffah dan harfiah apa yang terjadi pada menit-menit pertama akibat ledakan besar yang terkenal itu (the first 3 minutes). Kelanjutan dari Teori Dentuman Besar adalah kehancuran total (Big-crunch). Yang diramalkan akan terjadi sebagai imbas dari akhir dari yang awal.

Namun, Teori Dentuman Besar dan Kehancuran Besar bukanlah satu-satunya teori penciptaan Alam Semesta. Teori Relativitas Umum Einstein, yang merupakan dasar ilmu kosmologi modern, juga memiliki pandangan lain tentang Alam Semesta. Solusi lain ini mengatakan bahwa alam semesta hadir tanpa dentuman besar dan terus berposes tanpa pernah ada akhir. Walaupun Teori Dentuman Besar sebagai awal alam semesta adalah teori yang paling banyak dianut oleh sebagian besar para kosmologis sekarang, tapi secara ilmiah belum ada satupun yang berhasil memberikan jaminan tentang hal ini.

Kemudian bagaimana memandang kosmologis dan teori Kuantum menurut persepsi pribadi? Itu bukanlah suatu masalah, karena sebagai mahluk ciptaan Dzat yang Maha tinggi, ada perna manusia dalam penciptaan. Dalam Al Quran Adz Dzariat: 56, disebutkan bahwa “Tidaklah kuciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku”.

Dasar ini menuntut kesadaran ekstra tinggi mengingat perilaku dan pengaruh global berbagai faham yang menjerumuskan pemikiran nurani dan mengabrasi keimanan. Rasakan bahwa ada kesadaran atas dan kesadaran bawah dalam diri manusia. Kesadaran atas adalah pikiran, pencapaian logika yang menjawab misteri fenomena alam ini (melalui rasionalisme saintik dan fenomena alam). Sementara kesadaran bawah adalah hati dan iman, pencapaian kekaguman pada Sang Pencipta.

Siapa yang Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan?
Kemenangan Dentuman Besar, memicu dogma materialis, untuk membuang dogma agama ke tumpukan sampah sejarah. Namun bagi materialis lain, muncul dua pertanyaan yang tidak mengenakkan: Apa yang sudah ada sebelum Dentuman Besar? Dan kekuatan superbesar (mega force) apa yang telah menyebabkan Dentuman Besar sehingga memunculkan alam semesta dari yang tiada menjadi ada?

Beberapa biarawan materialis seperti Arthur Eddington menyadari bahwa jawaban untuk pertanyaan ini akan mengarah pada keberadaan sang pencipta. Filsuf ateis, Anthony Flew, mengomentari masalah ini: bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di hadapan kisah Dentuman Besar.

Banyak ilmuwan yang tidak mau memaksakan diri menjadi ateis menerima dan mendukung keberadaan pencipta yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Misalnya, ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross, menyatakan Pencipta jagat raya, yang berada di atas segala dimensi fisik, sebagai: Pencipta itu transenden, bekerja di luar batasan-batasan dimensi alam semesta. Ini berarti bahwa Tuhan bukan alam semesta itu sendiri, dan Tuhan juga tidak berada di dalam alam semesta.

Dentuman Besar sebagai Bukti Kehadiran Tuhan
Sangat jelas bahwa Dentuman Besar berarti penciptaan alam semesta dari ketiadaan dan ini pasti bukti keberadaan pencipta yang berkehendak. Meskipun banyak orientasli dan ahli kosmologis mencoba membantah fakta tersebut melalui berbagai dalil yang mereka bangun, penjelasan alternatif untuk membantah kenyataan ini.

Ada pula sejumlah model yang telah dikemukakan oleh materialis yang menerima teori Dentuman Besar tetapi tetap berusaha melepaskan diri dari kaitan dogma keagamaan dan penciptaan. Salah satunya adalah model alam semesta itu "berosilasi"; dan yang lainnya adalah "model alam semesta kuantum".

Model alam semesta berosilasi dikemukakan ahli astronomi yang tidak menyukai gagasan bahwa Dentuman Besar adalah permulaan semesta. Dinyatakan bahwa pengembangan alam semesta sekarang ini akhirnya akan membalik suatu waktu dan mulai mengerut. Pengerutan ini akan menyebabkan segala sesuatu runtuh ke dalam satu titik tunggal yang kemudian akan meledak lagi, memulai pengembangan baru. Proses ini, kata mereka, berulang dalam waktu tak terbatas.
Model inilah yang menyatakan akan ada perulangan tanpa batas suatu penciptaan dan akhir dari suatu siklus yang berkesinambungan, sehingga peran Pencipta menjadi transenden dan tidak hadir dalam perwujudan alam semesta.

Skenario tersebut tidak didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah selama 20 tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa alam semesta yang berosilasi seperti itu tidak mungkin terjadi. Lebih mendalam lagi, bahwa hukum fisika tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut harus meledak lagi setelah runtuh ke dalam satu titik tunggal (black hole). Melainkan alam semesta harus tetap seperti apa adanya. Hukum-hukum fisika juga tidak bisa menerangkan apakah tujuan dari pengerutan dan pengembangan (peledakan) kembali sebagai siklus yangmerujuk pada harmoni semesta.

Sebuah versi terbaru yang dipublikasikan lebih luas dari model alam semesta kuantum diajukan oleh ahli fisika, Stephen Hawking. Dalam bukunya, A Brief History of Time, Hawking menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti keberadaan dari ketiadaan. Alih-alih "tiada waktu" sebelum Dentuman Besar, Hawking mengajukan konsep "waktu imajiner". Menurut Hawking, hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik sebelum Dentuman Besar terjadi dan waktu "nyata" terbentuk setelah itu. Harapan Hawking hanyalah untuk mengabaikan kenyataan "ketiadaan waktu" (timelessness) sebelum Dentuman Besar dengan gagasan waktu "imajiner" ini.

Ia mencoba mengajukan penjelasan berbeda untuk Ledakan Besar selain Penciptaan dengan mengandalkan kontradiksi. Sebagai sebuah konsep, "waktu imajiner" sama saja dengan nol atau seperti "tidak ada" jumlah imajiner orang dalam ruangan atau jumlah imajiner mobil di jalan. Jelas, Hawking hanya bermain dengan kata-kata. Dia menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau mereka dihubungkan dengan waktu imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya.
Kemungkinan ini ditentang keras oleh ahli matematika, Sir Herbert Dingle, yang menganggap Hawking kemungkinan memalsukan hal-hal imajiner sebagai hal nyata dalam matematika Singkatnya, solusi imajiner atau teoretis matematika tidak perlu mengandung konsekuensi benar atau nyata.

Hawking menghasilkan hipotesis yang tidak berkaitan dengan kenyataan. Namun apa alasan yang mendorongnya melakukan ini? Hawking mengakui bahwa dia lebih menyukai model alam semesta selain dari Dentuman Besar karena yang terakhir ini "mengisyaratkan penciptaan Ilahiah", dan model seperti itu dirancang untuk ditentang.

Semua ini menunjukkan bahwa model alternatif dari Dentuman Besar, seperti keadaan-stabil, model alam semesta berosilasi, dan model alam semesta kuantum, timbul dari prasangka filosofis materialis. Penemuan ilmiah telah menunjukkan realitas Dentuman Besar dan bahwa teori ini menunjukkan kehadiran Sang Pencipta nan Agung dari suatu "keberadaan" Allah SWT.

TANDA-TANDA AL QURAN


Satu hal yang saya kagumi dari tauhid yang saya pegang adalah, bahwa dalam Al Quran ternyata mampu menjelaskan banyak fenomena penciptaan, kosmologis dan saintisme dan dapat dinalarkan dengan pemikiran logis. Untuk saya, teori-teori yang dilemparkan oleh kaum materialis justru membantu saya untuk berlari menuju kesempurnaan penciptaan oleh Sang Khalik. Kembali berperannya dogma agama nan cemerlang.

Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama (Taurat), Perjanjian Baru (Injil), Zabur (Mazmur) dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.

Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-21, meskipun diungkapkan 15 abad yang lalu.

Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut: Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al An'aam, 6: 101).

Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran lima belas abad sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil: Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al Anbiyaa', 21: 30).

Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata super penting dalam bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa Kami pisahkan diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini. Kemudian mereka dipisahkan (fatk) dengan satu muncul dari yang lainnya.

Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47).

Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita.


No comments: