Wednesday, March 2, 2011

Pertambangan, Lingkungan dan Kesejahteraan ( I )


Siapa yang dapat membantah bahwa saat ini ketergantungan manusia dari hasil tambang alias hasil gali-gali itu sangat tinggi. Dapat dilihat bahwa hampir seluruh kehidupan kita dibantu oleh teknologi pengolahan hasil tambang. Lampu neon, gelas, jam tangan, hand phone, computer, plastic, mobil, perumahan, pisau, motor atau bahkan apapun hampir seluruhnya dibentuk dari mineral dan hasil tambang. Everything begin with mineral sudah menjadi idiom yang melekat. Tidak ada yang menolak bahwa dalam sejarah telah di kenal adanya zaman batu hingga zaman perunggu (mengindikasikan pemanfaatan bahan tambang di kehidupan). Selain itu pertambangan telah membantu memberikan dukungan kesejahteraan dan saat ini menjadi sector yang sangat strategis dalam membangun umat manusia.
 Emas dan Tembaga, bahan tambang yang dicari

Lalu bagaimana sumberdaya mineral itu bisa ada..? Sesunggunya mineral itu terbentuk dari suatu tatanan geologis rumit, dari tumbukan lempeng di dunia, naiknya lapisan bawah lempeng atau sebaliknya, gesekan dengan magma hingga pengaruh dari factor erosi udara dan air yang semuanya merupakan bagian dari ekosistem. Mineral ini dapat berbentuk logam maupun non logam, dapat hadir darlam jumlah yang spesifik baik kualitas maupun kuantitas, mulai dari tidak ekonomis maupun kadar yang super tinggi. Kualitas dan kuantitas yang ekonomis ini yang biasanya diusahakan atau ditambang. Bagi daerah yang kaya akan sumber daya mineral, ini tentunya merupakan tulang punggung pendapatan bagi daerah.




Lempeng dan Pergerakannya di Indonesia yang membentuk sumberdaya mineral



Industri tambang batubara, tulang punggung Propinsi Kalimantan Timur

Industry pertambangan sendiri ditentukan oleh karakteristik cadangan dan dimana lokasi cadangan tersebut berada. Umumnya cadangan mineral memang berada di lokasi yang terpencil, di kawasan hutan, di atasnya dapat tumbuh segala rupa tanaman, dapat dekat atau justru jauh dari permukaan. Karakteristik inilah yang membuat tambang itu menjadi unik. Tidak ada yang dapat memaksa bahwa cadangan tambang itu harus berada di lokasi atau harus ada di kota Y. Tuhan Yang Maha Halus yang menganugerahkannya untuk kita.



Tidak ada yang membantah bahwa fundamental dari kegiatan pertambangan adalah membuka lahan, mengubah rona alam dan tatanan ekosistem geologi, fisik dan non fisik serta mempengaruhi system social ekonomi dan budaya masyarakat sekitarnya.

Jika bicara masyarakat sekitar tambang, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kondisi dan letak geologi yang tepencil ini, masyarakat sekitar umumnya bersifat tradisional dan terbelakang. Ketika berinteraksi dengan indstri tambang (yang notabene high capital, padat teknologi dan modern) kerap timbul perbedaan pandangan dan gesekan. Masyarakat sekitar tambang masih dikelilingi oleh konsep pemikiran tradisional dengan kearifan local yang enggan mencemari lingkungan. Dan ini tampaknya berlawanan dengan keberadaan industri tambang.


 
Umumnya masyarakat Lingkar Tambang hidup miskin dan terbelakang, paradox dengan image tambang yg padat modal dan teknologi

Perubahan rona alam, timbulnya perusakan lingkungan di permukaan karena aktivitas penambangan ini yang membuat orang berpersepsi bahwa aktivitas pertambangan merusak lingkungan dan menimbulkan kerugian masyarakat dibanding manfaat terutama masyarakat lingkar tambang. Dan pencitraan ini ternyata telah berlangsung sejak dulu kala. Sampai sekarang inilah yang berusaha untuk dirubah.

Sejarah pencitraan tambang ini dikarenakan persepsi penjajahan. Tambang dahulu identik dengan penjajahan Belanda dan Jepang, dimana untuk mendapatkan timah, batubara dan emas, di banyak lokasi pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan tenaga pribumi tanpa memberikan imbalan yang setimpal. Setelah itu, hasil tambang yang ddapat digunakan untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda tanpa mengembalikan kesejahteraan bagi rakyat pribumi. Istilah kerja rodi sering diidentikan dengan aktivitas pertambangan.



Tambang zaman Belanda identik dengan kerja paksa dan eksploitatif

Dan sekarang ini terlebih lagi, masyarakat sekitar tambang kita belum dewasa secara proporsional dan juga politisasi sector pertambangan, membuat image usaha pertambangan semakin buram. Padahal saat ini industry pertambangan sudah bergerak progesif meninggalkan konsep “lama” menuju konsep yang berbicara mengenai kepedulian lingkungan, ekonomi dan masyarakat.


Masyarakat Lingkar Tambang, berhak merasakan kesejahteraan atas sumber daya yang terambil

Lantas bagaimana perubahan progesif industry pertambangan ini dapat terjadi..? perubahan pola pandang industry pertambangan atau yang lebih enak kita sebut paradigm ini telah disepakati dari konferensi tingkat tinggi bumi (Earth Summit) di Brazil tahun 1992 yang isinya mengedepankan pertumbuhan ekonomia (pandangan lama) menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan/sustainable (pandangan baru). Paradigma baru ini berusaha mengedepankan upaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemiskinan adalah salah satu hal yang dihadapi oleh banyak Negara dan juga banyak industri terutama industry pertambangan dan chemistry-nya dengan masyarakat sekitar. Dan satu hal utama pembangunan yang berkesinambungan adalaj meningkatkan taraf hidup dan menekan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu kerawanan social dan mengurangi akses masyarakat dalam mendapatkan penghidupan. Lebih jauh lagi kemiskinan berantai akan menimbulkan kecurigaan dan ketidakpuasan antar pihak.



Bersambung…


No comments: